Lebih Sakit Daripada Patah Hati

by - 19.54

'Assalamu'alaikum...'

sapa, ku. tepat di depan rumahnya yang tidak terlalu besar, namun sederhana. seperti sesederhananya dia dalam hal berpakaian. Dan juga senyumannya yang bisa menggoyahkan. Tapi sayang, tak pantas untuk ku tatap. lebih baik diriku menundukan pandangan ke bawah tanah. agar keserdahanaannya tetap terjaga.

tak lama, dia pun keluar. menggunakan penutup kepala sesuai apa yang diajarkan oleh Tuhan. Sang pencipta alam dan keseluruhannya. dan terutama kamu. Bidadari yang di ciptakan oleh Tuhan dengan senyumannya yang membuat hati tentram. Seperti di dalam surau yang diiringi suara orang mengaji. Bikin tenang di hati.



setelah itu, aku pun masuk. dan bersalaman dengan ibunya. Ibunya yang telah melahirkan wanita sepertinya. Semanis itu. Sesederhana itu. Tapi sayang,  tak bisa ku miliki saat ini. Kemudian, kita pun mengobrol di depan teras rumah. di teras berwarna merah. kita berdua di temani oleh pantulan senja. yang menyorot ke arah motor ku.

Aku pun membuka obrolan. Tapi... Terasa sedikit canggung. Mungkin sudah terlalu lama tidak mengobrol. Jadi agak canggung seperti ini.


'Gimana kuliahnya di sana??' Kata ku. Dengan perasaan berdebar-debar.

'Alhamdulillah, baik.' Jawabnya. Lalu dia berdiri dan berkata,

'Aku ambilin minum dulu, yah??'

'Kamu gak usah repot-repot. Aku cuman sebentar doang.'

'Gapapa, kok.' Lalu dia masuk ke dalam. Meninggalkan ku sendiri di teras rumah. Sendirian. Di bawah sorotan senja.

Tak berapa lama, dia pun kembali hadir. Dengan membawa secangkir teh hangat dan sekaleng biskuit.
Kita pun lalu mengbrol dan terus mengobrol. Membahas tentang kuliah kita. Dosen yang killer seperti di sekolah dulu. Dan juga ngalor-ngidul.

Tak sedikit ia tertawa denga jokes ku. Lalu ku curi senyuman manis yg di lontarkan olehnya. Diam-diam.

Tetapi, ada hal yang aneh. Ada yang memanggil-manggil nama ku. Pas di telinga ku. Entah siapa, yang jelas dia memanggil namaku. Tetapi, suara perempuan itu makin keras. Semakin keras dan.....






Aku pun terbangun dari tempat tidur ku. Dan ternyata, suara yang tadi aku dengar adalah ibuku. Yang terlelap oleh indahnya mimpi. Aku pun merebahkan badanku. Dengan sedikit mata yang masih mengantuk. Lalu, aku berdiri tegap. Meninggalkan mimpi indah tadi. Dan mengambil air wudhu untuk beribadah sholat subuh.


Bagaimana rasanya kamu merindukan seseorang hingga dia muncul di mimpimu, saling tertawa bersama dan melakukan hal menyenangkan. Tapi akhirnya kamu sadar, itu tidak nyata.

You May Also Like

1 komentar