Bidadari Di Taman Kota

by - 11.13

Aku duduk di sebuah taman kota sambil mendengarkan lagu di iPod, ku. Terkadang, Aku mendengarkan lagu tersebut sambil memejamkan mata dan sedikit mengoyangkan kepalaku, mengikuti setiap nada dan irama yang keluar dari musik tersebut. Memang, sebuah musik bisa membangun hati yang ceria di kala sedang merasakan kesenduan.


Setelah beberapa menit mendengarkan musik dari Boyz II Men. Aku melepaskan earphone, ku. Tiba-tiba saja diriku terpaku pada seseorang. Dia menjulang tinggi bagaikan mercusuar yang memberikan sinar kepada kapal-kapal yang melintas menuju pelabuhan. Dan dia berhasil. Sungguh berhasil membuatku berlabuh.



Rambutnya yg terurai sampai punggung terhembus oleh angin yang sejuk. Bibirnya yang tipis dengan balutan lipstik berwarna merah jambu membuatku terpesona. Terkadang dia tersenyum. Terkadang dia tertawa. Sungguh, aku tidak bisa melepaskan penglihatanku kepada seseorang tersebut. Dia bagaikan bidadari tanpa sayap yang turun dari kayangan. Bukan, maksud, ku. Dia bukan bidadari tanpa sayap, tapi dia adalah bidadari beransel yang telah menyihirku seketika.


Rasanya, aku ingin berdiri dari kursi taman ini. Mengahampirinya untuk mengajaknya berkenalan. Dan setelah itu selesai, aku ingin mengajaknya kencan di sebuah cafe yang romantis sambil diiringi musik jazz. Tetapi, rasanya begitu berat jika di jalankan. Nyatanya aku hanya terdiam di kursi taman ini, sambil memandangnya dari kejauhan. Tapi aku harus berani. Laki-laki diciptakan untuk berani memulai sesuatu yang dia ambil. Walaupun pada akhirnya tak berujung manis dengan apa yang dia mulai.


Aku pun menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskan secara perlahan. Itu adalah caraku agar diriku tidak gugup untuk memulai sebuah perkenalan. Aku pun berdiri dari kursi taman itu. Melepaskan earphone yang menggantung di kedua telingaku. Memberhentikan lagu di iPod. Lalu berjalan perlahan mengahampiri gadis manis itu. Sungguh aku tidak kuat melihatnya. Rasanya aku ingin ke rumah sakit untuk memeriksa darahku. Karena aku takut terkena diabetes setiap kali menatap gadis itu.


Setelah setengah jalan menghampirinya. Tiba-tiba tatapannya beralih kepadaku. Seolah dia tau, bahwa aku akan menghampirinya untuk mengajaknya berkenalan. Dan tiba-tiba saja... Dia menyungging senyumannya kepadaku. Jantungku berdebar sangat kencang. Sekujur tubuhku terasa kaku. Tidak bisa ku gerakan sedikitpun. Apakah benar. Apakah ini yang di namakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Atau pada nafsu yang pertama? Entahlah.


Ketika aku hendak berjalan menuju gadis tersebut. Tiba-tiba saja ada seseorang yang berlari tergesa-gesa dari arah belakang ku. Aku melihat orang itu lari menuju orang yang ingin aku ajak kenalan. Iyah, orang itu berlari menuju gadis itu. Aku hanya bisa diam tanpa kata. Seseorang yang berlari tergesa-gesa tadi langsung memeluk gadis itu. Ternyata, senyuman dan tatapan yang Ia lontarkan ternyata bukan untuk ku? Melainkan untuk laki-laki lain? Laki-laki yang barusan memeluknya dengan erat.


Melihat kejadian itu, tiba-tiba jantungku mulai berhenti. Tak ada getaran-getaran yang sangat kencang lagi. Aku hanya berdiri tegap seperti patung yang usang. Dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Aku cuman bisa seperti itu. Hanya diam.


Lalu, Aku menggantungkan kembail earphone di kedua telingaku. Mem-play lagu di sebuah iPod berwarna hitam. Dan membalik, pergi meninggalkan gadis itu. Sambil memejamkan kedua mataku. Untuk meresapi disetiap alunan nada lirik yang Aku dengar. Dan pada akhirnya, Aku menyadari suatu hal. Ternyata Tuhan belum siap memberikanku kebahagian bersama gadis itu. Yah, tapi Aku tidak bersedih hati. Yah mau bagaimana lagi, itu sudah jalannya. Mungkin, Tuhan akan menggantikannya jauh lebih indah dari gadis yang baru saja aku lihat. Aku yakin itu. Pasti.

You May Also Like

0 komentar