Prolog
“Tunggu! Jangan tinggalkan aku!” ucapnya
kepadaku dari kejauhan.
“Ayo
cepat, nanti kita terlambat!” sembari berlari aku mengajak dia lari lebih
cepat.
“Iya!”
jawabnya.
Lalu
kami sampai di tempat dimana kami biasa menyaksikan matahari terbit, setiap
hari. Iya, kami tidak pernah melewatkan saat dimana langit berwarna jingga, dan
awan menjadi kuning keemasan, sangat indah. Sinarnya yang begitu terang,
menembus dinginnya pagi. Sebuah kehangatan sejati yang menghangatkan ladang
bunga di belakang rumah nenek.
“Suatu saat
nanti, aku akan pergi ke sana!” kataku pada Rara, sembari menunjuk langit tempat
matahari terbit itu.
“Hemm”
Rara menganggukan kepala tanda mengerti apa yang aku katakan.
Kami
terdiam, terpana melihat begitu indahnya matahari terbit, berkilauan, di balut
kabut yang senatiasa menyelimuti bumi. Serta wewangian bunga yang sedang
bersemi di sekitar kami. Ini adalah pagi yang ke sekian kalinya Aku dan Rara duduk
di ayunan bersama menikmati keindahan yang selalu berhasil membuat kami merasa
takjub.
“Kalo
nanti kamu kangen sama aku, kamu liat ke arah matahari terbit, anggap aja aku
juga lagi liat matahari yang sama, biar nggak terasa jauh” kata Rara padaku
sambil tetap memandangi keindahan langit pagi itu.
Aku
tidak bisa berkata apa apa, aku terpaku, membisu memandangi indah matanya yang
mungkin tak akan pernah aku lupakan. Setelah beberapa saat kemudian, Rara
berpaling menatapku.
“Hey?
Kamu dengerin aku kan?” Rara nampaknya bingung.
“Eh
iya, aku denger kok, nanti kalo aku kangen sama kamu, aku pasti liat ke arah
matahari terbit, biar nggak terasa jauh, kayak kita sekarang ini” jawabku ke Rara
yang hanya di balas senyuman darinya.
Pagi
itu adalah pagi terakhir Aku dan Rara dapat menikmati indahnya kehangatan pagi
berdua, nanti Rara pindah rumah. Juga pindah sekolah, kita udah temenan dari
kelas 4 SD. Sebuah proses cukup panjang buat ku, dan mungkin juga buat Rara.
Di kelas 5
nanti, aku sendiri, bukan hanya kelas 5 saja, tapi seterusnya aku akan sendirian
lagi, dan yang pasti menikmati indahnya matahari terbit di sini, tanpa Rara.
0 komentar