RIyanti. (CERBUNG)

by - 16.00

Prolog

            “Tunggu! Jangan tinggalkan aku!” ucapnya kepadaku dari kejauhan.
            “Ayo cepat, nanti kita terlambat!” sembari berlari aku mengajak dia lari lebih cepat.
            “Iya!” jawabnya.

            Lalu kami sampai di tempat dimana kami biasa menyaksikan matahari terbit, setiap hari. Iya, kami tidak pernah melewatkan saat dimana langit berwarna jingga, dan awan menjadi kuning keemasan, sangat indah. Sinarnya yang begitu terang, menembus dinginnya pagi. Sebuah kehangatan sejati yang menghangatkan ladang bunga di belakang rumah nenek.


“Suatu saat nanti, aku akan pergi ke sana!” kataku pada Rara, sembari menunjuk langit tempat matahari terbit itu.
            “Hemm” Rara menganggukan kepala tanda mengerti apa yang aku katakan.
            Kami terdiam, terpana melihat begitu indahnya matahari terbit, berkilauan, di balut kabut yang senatiasa menyelimuti bumi. Serta wewangian bunga yang sedang bersemi di sekitar kami. Ini adalah pagi yang ke sekian kalinya Aku dan Rara duduk di ayunan bersama menikmati keindahan yang selalu berhasil membuat kami merasa takjub.
            “Kalo nanti kamu kangen sama aku, kamu liat ke arah matahari terbit, anggap aja aku juga lagi liat matahari yang sama, biar nggak terasa jauh” kata Rara padaku sambil tetap memandangi keindahan langit pagi itu.
            Aku tidak bisa berkata apa apa, aku terpaku, membisu memandangi indah matanya yang mungkin tak akan pernah aku lupakan. Setelah beberapa saat kemudian, Rara berpaling menatapku.
            “Hey? Kamu dengerin aku kan?” Rara nampaknya bingung.
            “Eh iya, aku denger kok, nanti kalo aku kangen sama kamu, aku pasti liat ke arah matahari terbit, biar nggak terasa jauh, kayak kita sekarang ini” jawabku ke Rara yang hanya di balas senyuman darinya.
            Pagi itu adalah pagi terakhir Aku dan Rara dapat menikmati indahnya kehangatan pagi berdua, nanti Rara pindah rumah. Juga pindah sekolah, kita udah temenan dari kelas 4 SD. Sebuah proses cukup panjang buat ku, dan mungkin juga buat Rara.
Di kelas 5 nanti, aku sendiri, bukan hanya kelas 5 saja, tapi seterusnya aku akan sendirian lagi, dan yang pasti menikmati indahnya matahari terbit di sini, tanpa Rara.
           
“Sekali lagi, tanpa Rara..”

You May Also Like

0 komentar