Cara menulis materi Stand-up Comedy Ala Raditya Dika
Jujur aja,
menurut gue, jadi Stand-up Comedy-an ini sangat susah. Banyak banget
teori-teori dan juga teknik yang harus dipelajari, setelah itu dipraktekan. Gak
mudah untuk menjadi orang yang sangat lucu. Seperti menahan mata agar tidak
berkedip selama seharian. Tapi, akhirnya gue mencari-cari sumber agar bisa
mempelajari seni ini. Dan akhirnya gue mendapatkan sebuah buku, dan video cara
menulis materi Stand-up Comedy ini dari salah satu Founder Stand Up Comedy
Indonesia. Si Comic Kapitalis di
Indonesia. Yaitu, Raditya Dika. Untuk menulis materi stand-up comedy tidak
mudah teman-teman. Ada teknik yang harus dipelajari dan begitujua teori-teorinya.
Untuk menulis
sebuah materi stand-up comedy. Kita harus mempunyai Premis terlebih dahulu. Apa itu Premis?? Premis adalah Sebuah emosi
negatif atas sebuah subjek. Contoh : Gue
kesel sama Supir angkot. Kita sudah tau, bahwa emosi negatifnya adalah Kesel, dan subjeknya adalah Supir angkot. Dari premis itu, kita
bisa membuat cabang-cabang (mind mapping) agar bisa mendapatkan banyak materi
stand-up comedy.
Setelah menemukan
premis dan membuat mind mapping-nya. Marilah kita mulai menulis materi tersebut.
Untuk menulis komedi, itu ada tekniknya. Tekniknya adalah Set-up dan Punchline.
Buat yang belum tau Set-up dan punchline. Gue akan menjelaskannya satu persatu.
Gue mulai dari Set-up. Set-up itu
adalah bagian tidak lucu dari sebuah joke. Atau sebuah kalimat pengantar. Lalu,
Punchline adalah sebuah bagian yang
lucunya. Atau kalimat yang dipatahkan asumsinya dari sebuah kalimat pengantar
tersebut. Agar lebih jelasnya, gue akan kasih contoh dari premis yang gue tulis
tadi, dan dijadikan sebuah joke. “Gue pernah naik angkot dari rumah gue ke
pasar. Pas udah sampai pasar, dan gue bilang, “kiri bang!” yang turun malah
supirnya”. Gimana?? apakah Kalian terkekeh-kekeh?? Kalau iya, pasti kalian
akan bertanya-tanya. Kok bisa lucu, ya??
Ok. Kenapa sebuah
joke itu bisa lucu?? Kata bang Raditya Dika, ada 3 unsur yang bisa menimbulkan
kelucuan.
1.
Ironi
2.
Memalukan
3.
Nggak ketebak
Dan salah satu
joke yang gue tulis tadi, gue menggunakan unsur yang nggak bisa ketebak. Sebab,
orang akan berasumsi kalau kita naik angkot, dan kalau kita bilang “kiri bang!”
pasti yang turun kita. Lalu gue mematahkan asumsi mereka, bahwa yang turun
bukanlah kita. Tapi malah supirnya.
Dari 3 unsur
tadi, kita harus memberikannya konteks. Misalnya, kepeleset dinikahan mantan
lalu gak sengaja mencium mantan kita. Itu adalah hal yang paling memalukan. Kalau
ironi, kita niat untuk mutusin pacar kita. Tapi, pas mau bilang, pacar kita
malah bilang “aku mau ngomong sesuatu” “kita putus!” niatnya kita ingin mutusin
dia dan bikin dia gak sedih. Tapi, malah kita yang diputusin dan jadi sedih. Jadi,
kalau ironi, buat lah seironi mungkin. Untuk yang memalukan. Buatlah sememalukan
mungkin. Dan bikin lah tidak bisa ditebak oleh penonton. Mungkin itu aja yang
bisa gue kasih tau. Itu pun juga gue belajar dari bang Raditya Dika.
3 komentar
Ini kocak banget asli, "kita putus" hahaha
BalasHapushehehe iya. niatnya mau mutusin. eh, malah diputusin
HapusMenulis materi stand up memang sulit
BalasHapusApa lg skrang dgn audiens yg semakin pintar terkadang joke mudah d tebak
Alhasil tidak lucu
Tp itulah tantangan untuk para stand up agar lebih kreatif lg
Jd klo kita nonton terus kurang lucu, maklumklah.
Komika besarpun kadang twrpleset dn tidak lucu