Cinta Di Ujung Senja

by - 18.03


Rambutnya yang panjang bergelombang, matanya bulat proposional sambil tersenyum dengan bibirnya yang tipis dan berkata, ‘Kita bakalan gini terus, kan?’ katanya, sambil menatap gue dengan senyumannya yang seperti musim semi yang tercampur dua buah lubang yang manis di pipinya itu. ‘Aku gak tau.’ jawab gue. Sambil menatapnya tajam. Kita pun duduk dipesisiran pantai menunggu langit senja berubah menjadi gelap. Dan diiringi oleh bisiknya ombak. Kita pun saling menatap muka, memejamkan mata kita berdua dan mendekatkan muka kita secara perlahan. Secara perlahan bibir kita pun hampir menempel satu sama lain. Dan akhirnya…..

Gedubrak!!!
‘Sakit banget, kampret.’ sewot gue. Dan ternyata tadi cuman mimpi. Gue pun langsung bangun dari lantai dan melihat ke arah jam yang sudah menunjukan pukul 06.40 pagi dengan muka kusuh, rambut yang acak-acakan seperti sarang tawon. Gue pun langsung bergegas ke kamar mandi lalu… cuci muka. Yah, kebiasaan seperti inilah jika gue sedang terburu-buru. Mandi pun gue tinggalkan demi tidak telatnya ke sekolah. Gue pun langsung masuk ke kamar mengoleskan deodoran ke arah ketiak gue yang gondrong ini. Setelah itu, gue pun langsung ke arah dapur dan memakan sarapan yang sudah di hidangkan oleh Nyokap gue. Yah nasi uduk. Sarapan yang sangat lezat yang pernah ada.

Setelah itu, gue pun langsung pergi ke sekolah, di SMAN 70 dengan Bajaj yang lewat depan rumah gue. Di Cikatomas, Jakarta Selatan. Setelah sampai, ternyata gerbang sekolah mau di tutup. Merasa beruntung, akhirnya gue diperbolehkan masuk dengan memasang muka nanar seperti gembel. Gue pun langsung menuju kelas gue yang berada di lantai 2. Setelah sampai depan kelas dengan engap-engapan, gue pun langsung masuk dan tiba-tiba suara itu…

            ‘Telat lagi? Udah mau lulus SMA juga masih telat aja.’ Kata Rani. Sambil tersenyum ke arah gue. Dua buah lubang pipinya itu menambah senyumannya menjadi lebih manis. Gue takut diabetes kalau terlalu lama menatapnya. Oh yah, Rani ini adalah pacar gue sejak dia pindah ke sekolah ini kelas 11. Dia ini pindahan dari Semarang, karena Bokapnya yang pindah kerja ke Jakarta. Kita jadian seperti sinetron-sinetron yang di tanyangkan di telavisi. Di saat gue sedang di kantin sekolah dan gak sengaja nabrak dia yang sedang membawa buku ditangannya. Setelah membantu mengambil bukunya yang jatuh. Gue pun langsung mengucapkan ‘Nama gue Rian, maaf gue meleng.’ Sapa gue. Sambil tersenyum salah tingkah. ‘Gapapa kok. Gue juga meleng soalnya. Nama gue Rani Ayu Ningsih. Panggi aja Rani.’ Balasnya sambil tersenyum dengan bibirnya yang tipis itu. Dari perkenalan yang keren ini dan beberapa minggu kemudian kita pun jadian. Dan setelah kenaikan kelas 12. Gue gak menyangka. Gue bisa sekelas dan juga sebangku sama dia.

            ‘Hehehe.. habis mimpi indah. Jadi tidurnya kelepasan deh.’ Bales gue dengan lidah melet-melet kayak Anjing Laut kena stroke ringan. Beberapa jam kemudian pelajaran telah usai dan berganti dengan jam istirahat. Kita berdua pun ke kantin. Memesan ayam dan teh botol. Yah, hampir setiap pergi ke kantin kita selalu memesan menu ini. Entah karena makannya mengandung sedikit ganja atau apa yang membuat kita selalu tertarik untuk memesan dan memakannya. Terkadang, gue susah fokus kalau makan bareng Rani. Melihat raut wajahnya yang seperti senja di tepi pantai itu. Selalu membuat gue sejuk.

            ‘Kamu lulus nanti mau kuliah di mana??’ tanya gue. Membuka topik pembicaraan sambil melahap paha ayam dengan mulut kepenuhan.

            ‘Kamu habisin makan kamu, nanti aku jawab.’ Balesnya sambil tersenyum. Sempat-sempatnya dia tersenyum pas lagi makan. Kadang, gue selalu berfikir. Ada apa di dalam otaknya yang setiap mengobrol selalu di akhiri senyuman manis itu. Bisa-bisa gue mati kena diabetes.

            ‘Siap bos!!’ bales gue. Singkat. Dalam hati gue ini, gue sangat beruntung bisa mendapatkan mahluk ciptaan Tuhan yang seperti ini manisnya. Gue merasa bahagia sekali walaupun dalam situasi sesederhana ini. Mungkin inilah yang dinamakan orang yang jatuh cinta. Orang yang jatuh cinta tidak mengenal tempat atau situasi apapun. Yang mereka rasakan adalah “Aku Bahagia Bila Dekatmu”. Dan orang yang jatuh cinta sering di anggap orang norak oleh orang yang dengan sisi pandangnya yang belum pernah merasakan namanya jatuh cinta. Ketahuilah, orang yang sedang jatuh cinta tidak pernah peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Yang terpenting adalah “Aku Merasa Senang Dan Aku Merasa Bahagia, Bila Bersamanya.”

            ‘Yah liat nanti aja, kalau aku sama kamu lulus tes SBMPTN’ jawabnya sambil tersenyum.

            ‘Okeh, sayang.’
Setelah kenyang, kita pun pergi ke dalam kelas lagi. Menurut gue, orang yang mempunyai kekasih satu kelas itu seperti orang gila. Tiap hari senyum-senyum sendiri ngeliat pacar kita yang lagi serius nangkep materi ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Serasa tidak ada kendala dalam kelas. Gak seperti jomblo-jomblo itu ketika di dalam kelas. Selalu mengantuk dan melihat jam dinding kapan waktunya untuk pulang. Bagi mereka, orang yang pacaran satu kelas. Jika mereka pulang sekolah, rasanya seperti berat untuk meninggalkannya. Selalu kangen bawaannya.




To be continue…

You May Also Like

1 komentar

  1. Tapi, kalo putus itu jadi canggung. Ngerasa aneh, apalagi kalo diledekin sekelas. ( pengalaman ) Hahaha. Ini kisah nyata? Btw, langgeng :))

    BalasHapus