Cinta Di Ujung Senja
Rambutnya yang panjang bergelombang,
matanya bulat proposional sambil tersenyum dengan bibirnya yang tipis dan
berkata, ‘Kita bakalan gini terus, kan?’ katanya, sambil menatap gue dengan
senyumannya yang seperti musim semi yang tercampur dua buah lubang yang manis
di pipinya itu. ‘Aku gak tau.’ jawab gue. Sambil menatapnya tajam. Kita pun
duduk dipesisiran pantai menunggu langit senja berubah menjadi gelap. Dan
diiringi oleh bisiknya ombak. Kita pun saling menatap muka, memejamkan mata
kita berdua dan mendekatkan muka kita secara perlahan. Secara perlahan bibir
kita pun hampir menempel satu sama lain. Dan akhirnya…..
Gedubrak!!!
‘Sakit banget, kampret.’ sewot gue. Dan
ternyata tadi cuman mimpi. Gue pun langsung bangun dari lantai dan melihat ke
arah jam yang sudah menunjukan pukul 06.40 pagi dengan muka kusuh, rambut yang
acak-acakan seperti sarang tawon. Gue pun langsung bergegas ke kamar mandi
lalu… cuci muka. Yah, kebiasaan seperti inilah jika gue sedang terburu-buru.
Mandi pun gue tinggalkan demi tidak telatnya ke sekolah. Gue pun langsung masuk
ke kamar mengoleskan deodoran ke arah ketiak gue yang gondrong ini. Setelah
itu, gue pun langsung ke arah dapur dan memakan sarapan yang sudah di hidangkan
oleh Nyokap gue. Yah nasi uduk. Sarapan yang sangat lezat yang pernah ada.
Setelah itu, gue pun langsung pergi ke
sekolah, di SMAN 70 dengan Bajaj yang lewat depan rumah gue. Di Cikatomas,
Jakarta Selatan. Setelah sampai, ternyata gerbang sekolah mau di tutup. Merasa
beruntung, akhirnya gue diperbolehkan masuk dengan memasang muka nanar seperti
gembel. Gue pun langsung menuju kelas gue yang berada di lantai 2. Setelah
sampai depan kelas dengan engap-engapan, gue pun langsung masuk dan tiba-tiba
suara itu…
‘Telat lagi? Udah mau lulus SMA juga
masih telat aja.’ Kata Rani. Sambil tersenyum ke arah gue. Dua buah lubang
pipinya itu menambah senyumannya menjadi lebih manis. Gue takut diabetes kalau
terlalu lama menatapnya. Oh yah, Rani ini adalah pacar gue sejak dia pindah ke sekolah
ini kelas 11. Dia ini pindahan dari Semarang, karena Bokapnya yang pindah kerja
ke Jakarta. Kita jadian seperti sinetron-sinetron yang di tanyangkan di
telavisi. Di saat gue sedang di kantin sekolah dan gak sengaja nabrak dia yang
sedang membawa buku ditangannya. Setelah membantu mengambil bukunya yang jatuh.
Gue pun langsung mengucapkan ‘Nama gue Rian, maaf gue meleng.’ Sapa gue. Sambil
tersenyum salah tingkah. ‘Gapapa kok. Gue juga meleng soalnya. Nama gue Rani
Ayu Ningsih. Panggi aja Rani.’ Balasnya sambil tersenyum dengan bibirnya yang
tipis itu. Dari perkenalan yang keren ini dan beberapa minggu kemudian kita pun
jadian. Dan setelah kenaikan kelas 12. Gue gak menyangka. Gue bisa sekelas dan
juga sebangku sama dia.
‘Hehehe.. habis mimpi indah. Jadi
tidurnya kelepasan deh.’ Bales gue dengan lidah melet-melet kayak Anjing Laut
kena stroke ringan. Beberapa jam kemudian pelajaran telah usai dan berganti
dengan jam istirahat. Kita berdua pun ke kantin. Memesan ayam dan teh botol.
Yah, hampir setiap pergi ke kantin kita selalu memesan menu ini. Entah karena
makannya mengandung sedikit ganja atau apa yang membuat kita selalu tertarik
untuk memesan dan memakannya. Terkadang, gue susah fokus kalau makan bareng
Rani. Melihat raut wajahnya yang seperti senja di tepi pantai itu. Selalu
membuat gue sejuk.
‘Kamu lulus nanti mau kuliah di
mana??’ tanya gue. Membuka topik pembicaraan sambil melahap paha ayam dengan mulut
kepenuhan.
‘Kamu habisin makan kamu, nanti aku
jawab.’ Balesnya sambil tersenyum. Sempat-sempatnya dia tersenyum pas lagi
makan. Kadang, gue selalu berfikir. Ada apa di dalam otaknya yang setiap
mengobrol selalu di akhiri senyuman manis itu. Bisa-bisa gue mati kena
diabetes.
‘Siap bos!!’ bales gue. Singkat.
Dalam hati gue ini, gue sangat beruntung bisa mendapatkan mahluk ciptaan Tuhan
yang seperti ini manisnya. Gue merasa bahagia sekali walaupun dalam situasi
sesederhana ini. Mungkin inilah yang dinamakan orang yang jatuh cinta. Orang
yang jatuh cinta tidak mengenal tempat atau situasi apapun. Yang mereka rasakan
adalah “Aku Bahagia Bila Dekatmu”. Dan orang yang jatuh cinta sering di anggap orang
norak oleh orang yang dengan sisi pandangnya yang belum pernah merasakan
namanya jatuh cinta. Ketahuilah, orang yang sedang jatuh cinta tidak pernah
peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Yang terpenting adalah “Aku
Merasa Senang Dan Aku Merasa Bahagia, Bila Bersamanya.”
‘Yah liat nanti aja, kalau aku sama
kamu lulus tes SBMPTN’ jawabnya sambil tersenyum.
‘Okeh, sayang.’
Setelah kenyang,
kita pun pergi ke dalam kelas lagi. Menurut gue, orang yang mempunyai kekasih
satu kelas itu seperti orang gila. Tiap hari senyum-senyum sendiri ngeliat
pacar kita yang lagi serius nangkep materi ketika guru sedang menerangkan
pelajaran. Serasa tidak ada kendala dalam kelas. Gak seperti jomblo-jomblo itu
ketika di dalam kelas. Selalu mengantuk dan melihat jam dinding kapan waktunya
untuk pulang. Bagi mereka, orang yang pacaran satu kelas. Jika mereka pulang
sekolah, rasanya seperti berat untuk meninggalkannya. Selalu kangen bawaannya.
To be continue…
1 komentar
Tapi, kalo putus itu jadi canggung. Ngerasa aneh, apalagi kalo diledekin sekelas. ( pengalaman ) Hahaha. Ini kisah nyata? Btw, langgeng :))
BalasHapus